Home » , , » Rasisme (masih) Mengancam Sepakbola

Rasisme (masih) Mengancam Sepakbola


Yaya Toure sempat mengadukan tindak rasis fans CSKA kepada wasit - foto: telegraph.co.uk

Kejadian yang menimpa Yaya Toure saat bermain di Liga Champion melawan CSKA Moscow telah mencoreng kredibilitas sepakbola di mata dunia. Upaya yang selama ini ditempuh FIFA dan UEFA dengan berbagai cara untuk menekan bahkan menghilangkan virus kejam bernama rasisme seakan hilang bagai debu tertiup angin. Ibarat kata pepatah, karena nila setitik rusak susu sebelanga.

Kelakuan fans CSKA benar-benar tidak mencerminkan tagline yang sering kita jumpai disetiap pertandingan disetiap stadion sepakbola diseluruh dunia, "SAY NO TO RACISM". Sepatutnya mereka dihukum seberat mungkin, fans, CSKA atau mungkin persepakbolaan Russia, jika itu memang benar adanya. FIFA dan UEFA harus cepat bertindak menangani kasus rasisme seperti ini jika tidak ingin kejadian ini terulang kembali dikemudian hari.

Keadaan di Russia memang tidak seperti di wilayah lain di Eropa, fans Russia didapati lebih rasis terhadap pemain lawan yang berkulit gelap atau berasal dari Afrika dibandingkan di liga-liga lain di Eropa seperti Liga Inggris, La Liga atau Bundesliga. Meski demikian rasisme tidak hanya terjadi di Eropa, baru-baru ini bahkan di Indonesia yang terkenal menjunjung tinggi nilai Pancasila juga didapati perlakuan tak pantas ini. Kejadian tidak mengenakkan itu menimpa salah satu penggawa Persib Bandung, Mbida Messi.

Foto pemain Belanda dan Brasil sebelum bertanding dengan banner "SAY NO TO RACISM" - foto: getty images
Saat itu Messi tak sengaja bertemu The Jak Mania (fans Persija), lalu dia diteriaki monyet dan dilempar pisang, demikian pernyataan pelatih Persib Bandung Jajang Nurdjaman kepada media. Namun sayang seribu sayang, kasus rasisme ini dianggap selesai oleh PSSI karena kurangnya bukti. PSSI bertindak keliru dalam kasus ini, menurut saya seharusnya dilakukan penelusuran lebih lanjut agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Karena rasisme tidak akan mendapat tempat di sepakbola.

Banyak perlakuan rasial oleh fans kepada pemain, mulai dari meneriaki dengan sebutan tidak pantas, bersuara layaknya binatang ke arah pemain, poster, yel-yel, bahkan lemparan pisang. Kejadian ini paling sering menimpa pemain yang berasal atau memiliki keturunan Afrika yang bermain di Eropa. Dan salah satu kejadian rasisme yang paling saya ingat adalah saat Luis Suarez melecehkan Patrice Evra dengan menyentuh kulitnya dan berkata tidak pantas kala Manchester United betamu ke markas Liverpool pada tahun 2011. Akibatnya Suarez dihukum larangan tampil selama delapan pertandingan oleh FA, dan tentu saja klub juga yang akhirnya dirugikan.

Nasib sial ini ternyata juga menimpa Kevin-Prince Boateng, pemain keturunan Ghana saat bermain untuk AC Milan. Kala itu Prince melakukan aksi walk out saat AC Milan melawan Pro Patria di laga persahabatan bulan Juni 2013 lalu. Karena alasan ini pula Prince meninggalkan Italia menuju Jerman untuk bergabung dengan Schalke 04.

Kevin-Prince Boateng mengampanyekan anti-rasisme - foto

Kejadian rasime telah terjadi sejak lama dan tidak akan berhenti begitu saja, perlakuan tidak mengenakkan dari supporter lawan atau pemain lawan kadang terjadi di dunia sepakbola, namun sudah mejadi tanggung jawab bagi seluruh aspek mulai dari federasi, konfederasi yang menaungi dan FIFA itu sendiri termasuk klub dan fans untuk menjaga olahraga paling diminati ini agar menjadi lebih bersahabat bagi seluruh umat manusia tanpa kecuali. Karena pada dasarnya sepakbola adalah bahasa universal dari sportifitas, persatuan, dan keindahan.
Salam.



Follow twitter: @canpratama

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

KEEP IN TOUCH

Followers

Tahukah kamu blog ini ada karena peran AdSense atau iklan?

Tolong matikan Adblock kamu khusus di blog ini jika kamu menghargai tulisan Saya.

Terima kasih! ^^

×