Home » » Ketika Indonesia Masih Indonesia

Ketika Indonesia Masih Indonesia

Pemain Timnas terlihat kecewa kalah 1-2 dari Arab Saudi (foto: viva.co.id)

Ternyata, Indonesia masihlah Indonesia yang dulu, terlepas skuad itu di isi pemain-pemain campuran IPL dan ISL maupun tambahan pemain naturalisasi. Indonesia tetaplah Indonesia yang belum bisa mengalahkan Saudi Arabia sejak bertemu tahun 1983, saat itu Indonesia bermain imbang dengan Arab Saudi, 1-1. Selanjutnya sejak saat itu, Indonesia selalu takluk atas Arab Saudi kecuali pada tahun 1997 dan 2011 yang berakhir imbang (1997: 1-1, 2011: 0-0).

Kecewa? Pasti, sangat kecewa. Karena menurut saya, seharusnya inilah momentum yang tepat bagi Timnas untuk bangkit dari keterpurukan, apalagi ini adalah pertandingan yang sangat penting bagi Indonesia. Tapi ternyata masih belum bisa dimanfaatkan pemain-pemain yang terpilih.

Kan kalah terus, masih mau dukung Timnas? 
Harus dong, saya udah nge-fans Timnas sejak Tiger Cup 2004, waktu itu Boaz masih berumur 18 tahunCMIIW. Hendro Kartiko pun kalau tidak salah masih jadi kiper nomor satu di Timnas, selain itu ada pula nama Ilham Jaya Kesuma, Erol Iba, Elie Aiboy, Charis, Kurniawan "Si Kurus" Dwi Yulianto, Eduard Ivakdalam dan lain-lain. Waktu itu... Tunggu dulu, kali ini saya bukan mau bercerita tentang bagaimana saya bisa nge-fans Timnas, belum, nanti mungkin di postingan selanjutnya.

Kembali ke skuad Timnas, saya terlanjur kecewa dengan cara coach RD dan coach Jacksen memilih pemain malam hari ini. Memang, itu adalah hak pelatih untuk menentukan skuad dan duet pelatih RD-Jacksen sudah tidak diragukan lagi kualitasnya, tapi ada beberapa pemain yang menurut saya belum atau sudah tidak lagi pantas berada di Timnas.

Sebutlah Ponaryo yang bisa dikatakan telah uzur untuk ukuran pemain sepakbola dia bisa digantikan oleh Lilipaly, Ian Louis Kabes menurut saya yang masih ada nama lain yang lebih pantas di posisinya, misalnya Titus "Tibo" Bonai, atau Diego Michiels yang lebih klop di posisi bek kiri ketimbang Supardi. Itu baru beberapa. Belum termasuk posisi Manu Wanggai yang sebenarnya bisa di isi oleh Ahmad Bustomi dari kick-off awal atau Abdulrahman yang lebih disiplin sebagai bek tengah dibandingkan dengan Hamka Hamzah.

Saya tidak mengerti cara coach RD dan Jacksen memilih pemain starting XI, kalau saya jadi pelatih Timnas, saya akan memilih pemain berdasarkan performanya di liga, setidaknya 5 pertandingan terakhir pemain tersebut di klub, baru setelah itu bisa dilihat apakah pantas jadi starting XI atau tidaksaya sering jadi pelatih, walaupun hanya di dalam game Football Manager, jadi sedikit banyak tahu teknik memilih pemain. Kita lihat performa Hamka Hamzah saat timnya Mitra Kukar menjamu Persipura beberapa waktu lalu, sebagai bek tengah Hamka terbilang sudah lamban, tiga kali Feri Pahabol membobol gawang Samsidar karena kelengahan Hamka, ini seharusnya jadi pertimbangan pelatih. Setidaknya masih ada Abdulrahman yang lebih disiplin saat bertahan, cocok disandingkan dengan Victor Igbonefo, atau M. Roby, kapten Persisam ini juga termasuk pemain yang disiplin menjaga area pertahanan.

Belum lagi pencoretan Stefano Lilipaly dan Diego Muhammad dari skuad, semuanya terkesan aneh dan mengada-ada. Coach RD bilang administrasi Lilipaly belum lengkap, bagaimana bisa pelatih ngurus yang beginian? Pelatih itu urusannya taktik dan melatih, kok bisa-bisanya ngurus soal administrasi. Okelah, coach RD mengaku diberi tahu oleh Yeyen Tumena bahwa administrasi Lilipaly belum lengkap, tapi siapa Yeyen Tumena? Dia cuma staff kepelatihan, bukan urusan administrasi. Aneh.

Sedangkan manajer Timnas, pak Habil Marati mengaku semua surat-surat Lilipaly sudah lengkap, tidak ada yang kurang, semua sudah diserahkan ke FIFA. Kalau pak Habil yang ngomong, wajar, dia menajer Timnas.

Sedangkan Diego tidak dipilih dengan alasan kondisinya yang belum fit sepulang dari "Liburan" tiga bulan. Ini juga terkesan sedikit aneh, mengapa Diego tidak diberi kesempatan, setidaknya sampai batas akhir penentuan skuad. Toh masih ada kesempatan. Dengan kualitas dan kecerdasannya, Diego pantas diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya, tapi itu tidak diberikan oleh coach RD dan Jacksen.

Skuad impian versi saya vs KSA:
GK: Kurnia Meiga
RB: Raphael Maitimo  CB: Victor Igbonefo  CB: M. Roby  LB: Diego Michiels
CM: Stefano Lilipaly — CM: Ahmad Bustomi
AMR: Andik — SS: Boaz — AML: Titus Bonai
CF: Sergio van Dijk
Ket: GK: Goal Keeper, RB: Right Back, CB: Centre Back, LB: Left Back,       CM: Centre Midfielder, AM: Attacking Midfielder, SS: Second Striker, CF: Centre Forward

Tapi lagi-lagi, proses pemilihan pemain inti Timnas masih misteri—setidaknya bagi saya. Apakah ada unsur lain di dalamnya selain teknis? Entahlah, Wallahu'alam.

Nasi sudah jadi bubur, ayam sudah jadi opor. Walau sudah kalah dikandang, tak seharusnya kita berlarut dalam kesedihan, Bigman. Mari benahi Timnas kita, karena timnas yang bagus belum tentu semua pemainnya hanya di isi oleh pemain dari satu liga saja. Butuh korelasi dari berbagai unsur agar meraih kesuksesan, termasuk pemain, media dan pendukung.

Toh, walaupun dengan formasi impian saya diatas Timnas juga belum tentu menang, mungkin seri atau kalah juga—bisa juga menang sih. Tapi yang pasti, timnas Arab Saudi bermain luar biasa, mental mereka patut diberi credit tersendiri, mengingat mereka sempat tertinggal 1-0 apalagi bermain di GBK.

Tapi hasil 1-2 tidaklah terlalu buruk, setidaknya kita masih bisa membuat satu gol dan sempat unggul sekali.
I love you Timnas, I do!

Mari sekali lagi bersorak, IN—DO—NE—SIA!! IN—DO—NE—SIA!!



Follow twitter: @canpratama

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

KEEP IN TOUCH

Followers

Tahukah kamu blog ini ada karena peran AdSense atau iklan?

Tolong matikan Adblock kamu khusus di blog ini jika kamu menghargai tulisan Saya.

Terima kasih! ^^

×